BULELENG - Tanaman Jagung Gembal atau Jagung Beleleng merupakan tanaman pangan yang sangat dikenal terdahulu oleh masyarakat Buleleng, Bali dan bahkan sampai ke Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, dimana saat ini jagung tersebut dipopulerkan dengan nama sorgum.
Demikian disampaikan oleh Gede Sedana selaku Rektor Dwijendra University di sela-sela penanaman Sorgum pada hari Sabtu, 31 Desember 2022 di Dusun Batu Mekecuh, Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.
Penanaman Sorgum ini diprakarsai oleh Banteng Muda Indonesia (BMI) Buleleng yang diketuai oleh Dr. dr. Putra Sedana, Sp.OG. yang memiliki kepedulian sangat tinggi terhadap sektor pertanian.
Dokter Caput sebagai panggilan kerennya terus berupaya membangun Buleleng yang berbasis pertanian, khususnya Sorgum. Dokter Caput telah membangun di hilirnya juga, seperti pengolahan dan pemasaran Sorgum.
Gede Sedana yang juga Ketua HKTI Bali sangat mendukung dan mendorong pengembangan tanaman Sorgum karena merupakan tanaman pangan lokal yang memiliki Roh yang memiliki nilai sangat tinggi bagi masyarakat Buleleng.
"Tanaman Sorgum adalah tanaman pangan asli Buleleng yang telah diabadikan sebagai ikon Buleleng dan dapat dilihat pada Tugu Singa Ambara Raja, dimana Jagung Gembal digenggang oleh Singa tersebut, "ungkapnya.
Oleh karena itu, saatnya untuk mengembalikan kejayaan tananan pangan asli Buleleng, ungkap Sedana.
Penanaman sorgum dilakukan di atas lahan non produktif seluas 1, 5 ha dan ditujukan untuk memberikan informasi kepada para petani di Desa Pacung dan sekitarnya bahwa tanaman sorgum dapat dibudidayakan pada lahan-lahan yang tidak produktif.
Pada acara penanaman Sorgum dihadiri juga oleh Perbekel Pacung dan Perbekel Bukti, Kecamatan Kubutambahan dan beberapa petani di Dusun Batu Mekecuh.
Pengembangan tanaman Sorgum diharapkan menjadi alternatif yang tepat untuk diversifikasi pangan karena memiliki manfaat yang sangat banyak atau multifungsi, seperti pangan dan olahannya, pakan ternak, sumber energi dan pupuk.
Diharapkan ke depan bahwa Sorgum dapat dikembangkan pada lahan-lahan yang tidak produktif di Bali guna turut mendukung pertumbuhan ekonomi hijau di Bali dengan visinya Nangun Sat Kerthi Loka Bali. (Tim)